ketika mentari masih enggan menampakkan sinarnya
saat tubuh malas mendengkur sambil memeluk guling
gadis itu tengah menyisir setiap jengkal ruas jalan raya
ayunkan tongkat bambu menyambung seikat sapu biting
menepis setiap keping sampah dan runtuh dedaunan
menyeka lapis pasir yang terhampar dipermukaan aspal
dahinya membasah keringat sesekali terusap tangan
terhisap debu beterbangan membuat nafasnya tersengal
kulitnya legam bersembunyi dibalik baju warna kuning jeruk
berlindung dibawah selembar kain yang membungkus kepala
menahan sengatan sinar mentari agar panas tak menusuk
sepatu karet hitam setinggi betis sebagai alas telapak kakinya
sampai diujung jalan gadis itu perlahan menepi
sekedar berteduh dibawah sebatang akasia tua
masih terkulai disampingnya setangkai sapu lidi
diraihnya sebotol minuman terselip disaku celana
seteguk air bening membasahi lidah
sejenak mampu mengusir rasa dahaga
diluruskan kedua kakinya melepas lelah
sambil menunggu terkumpul sisa tenaga
gadis itu termangu dibibir jalan yang sepi
menelisik nasibnya tak kunjung berganti
hanya berharap gaji mingguan yang tak seberapa
ditengah kebutuhan hidup yang semakin mendera
terbersit keinginan untuk mencari pekerjaan lain
tetapi niatnya kembali terkurung sejuta keraguan
mencari kerja tidaklah semudah membalikkan tangan
mendingan jadi tukang sapu daripada pengangguran
namun didalam bilik hatinya masih tersimpan asa
berharap datangnya kesempatan yang tak terduga
diantara lenguh nafasnya terucap sebaris do’a
semoga Tuhan membuka jalan merubah nasibnya
.oO-DB-Oo.
No comments: