Aumpulan awan tebal menggumpal
mengambang terseret pusaran angin
bergayut diatas kelopak mata redup
mencekam sepenggal jiwa yang resah
mengambang terseret pusaran angin
bergayut diatas kelopak mata redup
mencekam sepenggal jiwa yang resah
sementara tiada jarak disela kali dangkal
merendam laju setiap pekik kotak mesin
hela nafas damai tak lagi sempat terhirup
batin terkurung didalam lapis aspal basah
merendam laju setiap pekik kotak mesin
hela nafas damai tak lagi sempat terhirup
batin terkurung didalam lapis aspal basah
rahim mega tak sanggup menahan beban
luruh menumpahi setiap jengkal sudut bumi
gemeretak suara butir air mematuk sirap
terpencar ke segala arah menembus batas
luruh menumpahi setiap jengkal sudut bumi
gemeretak suara butir air mematuk sirap
terpencar ke segala arah menembus batas
didalam bilik ruang aku hanya bisa terdiam
menikmati nada datar irama musik kaleng
terpaku menatap percikan air yang jatuh
menetes diantara sela sempit langit kamar
menikmati nada datar irama musik kaleng
terpaku menatap percikan air yang jatuh
menetes diantara sela sempit langit kamar
setia menunggu hingga akhir sebuah cerita
mengapa harus membaca kisah yang sama
sedangkan para pujangga tlah berganti rupa
sekedar menggantang janji isapan jempol belaka
mengapa harus membaca kisah yang sama
sedangkan para pujangga tlah berganti rupa
sekedar menggantang janji isapan jempol belaka
dibawah rinai hujan
aku masih bertahan
bermohon kepada Tuhan
semoga tersisa harapan
aku masih bertahan
bermohon kepada Tuhan
semoga tersisa harapan
.oOo.
No comments: