Sudah sekian lama aku berada disekitarmu
melangkah bersama seiring karya tercipta
terlarut didalam nada alunan detik waktu
yang merayap pelan diantara kolong meja
melangkah bersama seiring karya tercipta
terlarut didalam nada alunan detik waktu
yang merayap pelan diantara kolong meja
wajahmu laksana hamparan hijau ladang padi
mampu teduhkan jiwa yang kini sedang goyah
tutur bahasamu terurai selembut warna pelangi
bagai air bening mengalir basahi tanah sawah
mampu teduhkan jiwa yang kini sedang goyah
tutur bahasamu terurai selembut warna pelangi
bagai air bening mengalir basahi tanah sawah
meski kutahu kau sudah ada yang punya
tapi kutak sanggup menahan gejolak rasa
biar bibirku mampu mengucap kata ‘tidak’
namun didalam batinku tak bisa menolak
tapi kutak sanggup menahan gejolak rasa
biar bibirku mampu mengucap kata ‘tidak’
namun didalam batinku tak bisa menolak
lembaran hariku penuh terisi gambar tentangmu
yang meraja diatas mahligai istana negeri impian
mengajakku terbang ke awan diantara bintang
kan kureguk nikmat secangkir ilusi semanis madu
yang meraja diatas mahligai istana negeri impian
mengajakku terbang ke awan diantara bintang
kan kureguk nikmat secangkir ilusi semanis madu
tanpamu disampingku laksana seribu malam merindu bulan
begitu mudahnya wajahmu menjelma saat mataku terpejam
hingga aku terseret dalam arus pusaran cinta yang terlarang
membuatku tersesat dan sejenak lupa kemana arahku pulang
begitu mudahnya wajahmu menjelma saat mataku terpejam
hingga aku terseret dalam arus pusaran cinta yang terlarang
membuatku tersesat dan sejenak lupa kemana arahku pulang
tatkala ku terjaga dari lelap tidur semalam
kuberada disebuah sudut persimpangan jalan
aku terdiam dan tak tahu akan menuju kemana
benakku ingin kembali tapi batinku tak bersedia
kuberada disebuah sudut persimpangan jalan
aku terdiam dan tak tahu akan menuju kemana
benakku ingin kembali tapi batinku tak bersedia
kucoba kirimkan pesan kepada mega di angkasa
agar turunkan tirai ‘tuk menahan bulan bercahaya
namun setangkup rindu masih saja terselip disana
tiada tempat tuk bersembunyi dari bayangan cinta
agar turunkan tirai ‘tuk menahan bulan bercahaya
namun setangkup rindu masih saja terselip disana
tiada tempat tuk bersembunyi dari bayangan cinta
ditengah keraguan ini aku tersimpuh
beralaskan kegalauan hati yang dalam
beralaskan kegalauan hati yang dalam
hanya kepadaMu tempatku mengadu
kuatkanlah jiwa yang kini mulai rapuh
No comments: